Kepala plontos

"Ayo ikut aku!!" Suara bentakan itu mengejutkan Mela, ditambah dengan genggaman erat di lengannya.
"Aduh, sakiiit" Mela merintih.
"Kamu ngapain disini sama cowo lain begini?!" Bentakan itu kembali terdengar.
"Maaf, gue Feri. Gue temen lamanya Mela. Tadi kita cuma nggak sengaja ketemu, terus jadi ngobrol." Lelaki yang membangkitkan amarah Dito baru saja memberi penjelasan.
"Halah! Ayo kamu ikut aku pulang!!" Dito menarik Mela dan memaksanya untuk mengikuti langkah Dito menuju parkiran. Dan dengan kasar memaksa Mela masuk ke dalam mobil.

"PLAAKKK!!!" Satu tamparan mendarat di pipi Mela. "Kamu ini apa-apaan sih? Aku paling nggak suka kalo kamu nggak jujur sama aku! Kamu boleh ketemu siapapun temen kamu, tapi bilang dulu sama aku! Kabarin aku!" Wajah Dito memerah tanda amarahnya sudah tan terbendung. Ia segera tancap gas, mobilnya pun melaju dengan kencang.

Rupanya Dito memboyong Mela ke rumahnya. Rumah Dito kosong, karena mbak pembantu rumah tangganya sudah pulang siang hari. Dito terus menggenggam lengan Mela. Kali ini ia menghentikan langkahnya, dan menyuruh Mela duduk di kursi taman belakang rumah. "Kamu diam disini!"

Beberapa saat kemudian dito kembali dengan membawa gunting.
"Kamu mau ngapain sayang? Aku minta maaf. Aku ngga bermaksud bohongin kamu. Tadi baterai aku low, aku nggak bisa hubungi kamu." Mela mencoba menjelaskan. "Kami hanya teman lama, tadi kebetulan ketemu pas aku mau beli makanan."
"Aku ngga peduli alasan-alasan kamu! Kamu itu nggak menghargai aku namanya! Sudah berapa kali aku bilang? Aku mau kamu jujur!" Dito tak mau mempedulikan penjelasan Mela. "Sudah, kamu diam. Kamu paham kan kalau perbuatanmu ini pasti ada konsekuensinya?!"
Mela hanya mengangguk sambil menahan rasa takut.
"Ini konsekuensi yang harus kamu terima. Biar kamu nggak kegenitan lagi!" Dito menegaskan kepada Mela, sambil menjambak rambut mela yang panjangnya sebahu. Dan..... KRESSSS! Gunting yang telah disiapkan pun mulai menari-nari diatas kepala Mela.
"Ampun sayang, ampun.... Jangan lakukan ini. Aku minta maaf..." Mela yang menyadari rambutnya mulai berguguran kini panik.
"Diam. Ini pelajaran untuk kamu. Dengan begini kamu nggak akan kegenitan bin kecentilan." Dito tak mempedulikan Mela yang mulai menangis. Malah tangannya asyik memainkan guntik yang tengah mengeksekusi rambut Mela. Dipotongnya rambut kekasihnya itu dan disisakan tipis mendekati kulit kepala. Emosi rupanya membangkitkan semangat di tangannya sehingga bekerja sangat cepat. Kini bagian kanan kepala Mela telah habis cepak.
"Ampun sayang...." Mela terus merintih meminta ampun, meskipun ia tahu itu tidak akan membuahkan hasil. 
Gunting sadis itu terus membabat habis rambut Mela. Menyisakan beberapa mili saja.

Mela masih menangis, kepalanya sudah rata cepak. Rambut-rambutnya kini telah berpindah di lantai, tak lagi menghiasi kepalanya. Dito meninggalkannya, masuk ke dalam ruang tengah rumahnya. Sementara Mela masih terhanyut di dalam kesedihan atas kehilangan seluruh rambutnya.

Tiba-tiba saja Dito kembali menghampiri Mela, dan membuayarkan lamunannya. Dito membuka sebuah botol yang ternyata berisi krim cukur. Ia menuangkan krim ke tangan kanannya. Dan mulai mengoleskannya ke kepala Mela. "Diem ya, jangan bergerak."

"Sudah sayang, cukup... Cukup hukumannya. Aku menyesal, aku minta maaf sayang..." Mela masih menangis dan memohon untuk berhenti menghukumnya.

"Tanggung. Aku mau kerik kepala kamu sekalian." Dito kembali tak mempedulikan tangisan kekasihnya. Tangannya mengoleskan krim dengan rata ke seluruh permukaan kepala Mela. Kemudian pisau cukur mulai bergerak diatas kepala Mela. Mengerik rambut-rambut yang masih tersisa beberapa mili saja. Mela menahan geli di kepalanya yang tergesek-gesek oleh pisau cukur. Dito menghabisi rambut kekasihnya tanpa ampun, benar-benar licin tak tersisa. Dito cukup piawai mengerik rambut-rambut yang tersisa. Tidak dibiarkannya sehelaipun rambut terlihat di kepala Mela. 

Dito menarik lagi tangan Mela dan menggiringnya masuk ke dalam kamar mandi.
"Nunduk!" Perintah Dito. Mela pun mengikuti perintahnya. 
Diti menyalakan shower, dan mengarahkannya ke kepala Mela, sambil tangan kanannya mengusap-usap kepala kekasihnya yang kini licin tak berambut.
Seusai dibilas, Dito mengelap kepala Mela menggunakan handuk kecil.
"Jangan diulangi lagi perbuatanmu." Tiba-tiba suara Dito lirih.
"Iya, sayang. Aku nggak akan mengulanginya lagi." Mela langsung menjawab dengan sigap. 
"Maafkan aku memberikan hukuman seperti ini. Tapi aku nggak mau kehilangan kamu, aku nggak mau ada orang lain di hati kamu. Dengan begini, cuma aku lelaki yang cinta kamu, dan jadi pasanganmu. Kamu tetep cantik dengan kepala plontos."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar