Pixie cut demi Benny

"Mey, rambut kamu udah panjang nih. Udah menyentuh bahu." Beny memegang-megang ujung rambut Meyta yang sudah menyentuh bahunya.
"Iya Ben. Sudah mulai panjang, hehehe" Meyta tersenyum sambil meminum jus alpukat yang baru saja diantarkan oleh pelayan cafe ke meja mereka berdua.
"Kok ketawa aja kamu? Abis ini kamu nggak ada acara kan?" Benny memastikan waktu luang kekasihnya.
"Yaa abisnya gimana?hehehe. Enggak kok, aku free aja. Kita mau kemana nih abis ini?"
"Wah kebetulan banget. Kita ke salon ya." Ajak Benny.
"Loh? Ngapain?" Meyta masih bingung.
"Ya motong rambut kamu dong, Mey. Kan perjanjiannya apa hayoo? Kamu lupa ya?" 
"Hhhmmm...." Meyta menghela nafas panjang, "Iya,iyaa... Rambut aku panjangnya nggak boleh melebihi bahu."
"Nah! Tuh kamu inget! Jadi sekarang udah waktunya kamu potong rambut yaa..."
"Iya,iya. Tapi jangan terlalu pendek ya, Ben. Dipendekin dikit aja, kan yang penting nggak melebihi bahu." Meyta merayu Benny.
"Udah, tenang ya. Aku yang tentuin modelnya. Nih, kamu nanti potong kayak gini rambutnya!" Benny menunjukkan gambar di handphone nya, sorang wanita berambut pirang dengan model rambut pixie cut.

Meyta kaget dan menolak permintaan Benny. Ia bersikeras untuk tidak mau memotong rambutnya terlalu pendek. Sejujurnya Meyta bosan dengan rambut pendek, namun apa daya. Ia sadar betul kalau kekasihnya sangat mengagumi wanita berambut pendek, apalagi yang ekstrim.

Seusai makan siang, Benny segera memboyong Meyta untuk ke tempat tujuan berikutnya, yaitu salon. Salon kali ini letaknya di kompleks ruko yang ada disamping mall. Hari ini jalanan cukup lengang, jadi semakin cepat waktu menuju pemotongan rambut Meyta. Benny terlihat sudah tidak sabar.
"Ayo Mey, sudah sampai."
"Tapi aku nggak mau kalau dipotong kayak model yang tadi kamu tunjukin" Meyta masih berusaha bernegosiasi dengan Benny.
"Mey, kamu pasti cantik kok kalau dipotong pendek kayak gitu." Rayuan Benny tak kalah adu.
"Ya tapi aku nggak mau, Ben. Please, dirapihin aja yaaa?"
"ENNGAK. Pokoknya kamu harus mau potong pendek model yang tadi aku tunjukkin ke kamu. Justru model itu lebih rapih, percaya sama aku! Udah ayo turun."

Mereka berdua turun dari mobil, dan memasuki salon. Kebetulan pula hari ini salon sepi. Mungkin karena ini hari biasa dan masih siang. Mbak salonnya ramah sekali, cantik-cantik pula. Segera Benny menjelaskan bahwa pacarnya ingin potong rambut. Dengan cekatan Meyta langsung dikeramas. Setelah dikeramas, hair stylish nya menghampiri Meyta yang duduknya di pojok.
"Mau dipotong model apa ini?" Tanyanya ramah sekali.
"Hmmm... Dipotong model ini, Mas." Benny menjawab sambil menunjukkan gambar wanita yang tadi telah lebih dulu ia tunjukkan ke Meyta. 
"Wah, pendek juga ya. Yakin nih?" Stylish ini masih berusaha meyakinkan.
"Jangan deh, Mas. Dirapihin aja sedikit." Kali ini Meyta yang lebih dulu menjawab.
"Nggak, Mas. Tetep dipotong kayak gini aja." Ujar Benny yakin. "Meyta sayang, kamu nurut sama aku ya" kemudian Benny kembali meyakinkan Meyta.

Akhirnya Meyta hanya bisa pasrah. Mas stylish nya langsung bekerja dengan cepat. Memilah-milah rambut Meyta. Dan mulai memainkan gunting andalannya. Pertama-tama bagian belakang. Ia mengambil ancang-ancang, dan memotong rambut Meyta disisakan sebatas leher. Kemudian meratakan bagian-bagian yang masih miring. Cepat sekali gerakan tangannya. Benny sampai tak berkedip menyaksikan eksekusi rambut pacarnya ini. Kemudian dengan cekatan, Mas stylish pindah ke bagian kiri, memangkas kembali rambut Meyta. Dalam sekejap rambut-rambutnya kembali berguguran. Semakin cepat gerakan tangan si Mas, memangkas rambut-rambut Meyta tanpa ampun. Benny semakin bersemangat, Mas ini seperti paham kalau Benny sangat menikmati helai demi helai rambut Meyta yang berjatuhan. Dalam sekejap, Mas stylish kembali berpindah posisi, kali ini ke samping kanan. Ia membuat bagian kanan sama panjang dengan bagian kiri. Dimana panjangnya hanya sebatas pipi Meyta. Sungguh eksekusi yang paling sigap dan paling cepat selama ini. Sebelumnya tidak pernah Benny menyaksikan yang seperti ini saat melihat eksekusi pemotongan rambut rutin yang wajib dilakukan oleh Meyta.
Mas stylish ini berjalan dan kembali dengan menggenggam clipper, menyalakannya, dan....
"Nunduk dulu ya, Mbak. Jangan gerak." Ia memberi aba-aba.
"Loh? Mau diapain mas?" Meyta mulai panik.
"Tenang aja, Mbak. Cuma mau dirapihin belakangnya agak ditipisin gitu." Ia menjelaskan.
Meyta menuruti aba-aba. Kepalanya terdorong saat clipper sedang berjalan di kepalanya. Berjalan dari tengkuk dan berhenti di tengah, begitu seterusnya bagian belakang kepala Meyta hingga rata. Meyta menahan rasa geli serta takutnya. Benny pun menyadari itu. Meskipun ini bukan kali pertama rambut  gadis kesayangannya ini dieksekusi dengan menggunakan clipper.

"Nah! Sudah selesai..." 


Benny dan Meyta meninggalkan salon. Benny tampak bahagia sekali. Tak henti-henti ia memuji kecantikan Meyta dengan rambut barunya. Sementara Meyta hanya bisa tersenyum sambil tak percaya rambutnya dibondol lagi. Mungkin memang rambut panjang hanyalah angan-angan bagi Meyta. Benny tak akan mengizinkannya memanjangkan rambut.
Tiba-tiba saja mobil berhenti.
"Kenapa berhenti, Ben?" Tanya Meyta.
Benny tak menjawab, ia hanya membukakan pintu Meyta, dan memintanya turun.
"Ada yang lupa, Mey. Poninya belum dipotong nih... Bagusan pakai poni."
Betapa terkejutnya Meyta saat melihat bahwa yang ada dihadapannya saat ini adalah barbershop. Ya, tempat pangkas rambut yang isinya kebanyakan lelaki. Benny segera menarik Meyta masuk. Sebentar ia menyapa tukang pangkas rambut.
"Mas, ini pacar saya tolong dipotong poninya ya. Bisa kan?"
"Oh, bisa. Bisa, Mas"

Tukang pangkas ini mengambil gunting dan sisir, serta mempersilahkan Meyta duduk di bangku eksekusi kedua untuk hari ini. Meyta hanya bisa pasrah mengikuti perintah dan kemauan Benny.

"Dipotong gimana nih poninya?"
"Poni samping ke kanan, tapi jangan bagian terpanjangnya sampai alis saja" Benny langsung menjelaskan.
Gunting kembali membabat rambut Meyta, meskipun kini hanya poni. Sebenarnya Meyta merasa terlalu pendek dengan poni yang sebatas alis saja. Namun apalah daya, Benny selalu menang untuk urusan ini. Toh, Meyta telah berjanji menuruti perintah Benny untuk rutinitas potong rambut.
Hanya membutuhkan waktu lima menit, poni Meyta sudah rapih sesuai keinginan Benny. Benny melihat wajah Meyta dari cermin. Karena ia berdori di belakang Meyta. Seperti memikirkan sesuatu. 

"Mas, ini bagian jambangnya bisa dicukur aja mas? Jadi sisanya disini, bagian ini nya jadi bersih gitu" Benny menjelaskan keinginannya. 
"Ben, sudah dong. Jangan..." Meyta merintih memohon. Meskipun ia tahu itu tak akan membuahkan hasil.
"Sudah Mas, mengerti kan?" Benny menegaskan.
"Oke boss, beres!" Mas tukang pangkas mengambil clipper, "Mbaknya jangan gerak yaa.." Dan clipper mulai menyentuh kepala Meyta untuk kedua kalinya dalam hari ini. Digerakkannya clipper itu dari ujung bawah jambang, sampai habis. Diulang-ulang dengan jalur yang sama, hingga bagian itu bersih, botak licin. Mas tukang pangkas melakukannya pada kedua bagian jambang.

Kini terlihat gadis cantik dengan rambut model pixie, poni samping yang sangat pendek, dan tanpa jambang. Model yang cukup ekstrim yang pernah dilakukan Meyta demi Benny, kekasihnya. 

"Meyta sayang, terimakasih ya kamu mau nurutin aku. Sumpah! Kamu cantiiiik banget, lebih fresh dan hot! Nantu kalo udah mulai panjang kan pasti jelek nggak beraruran, nah kita coba model rambut yang lebih ekstrim lagi ya sayag!" Benny mencium pipi Meyta dan memeluknya erat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar